Jumat, 21 September 2012

Kisah Si Pensil Dan Si Penghapus


Pensil            : “Maafkan aku penghapus…”
Penghapus     : "Maafkan aku??untuk apa Pensil?? Kamu tidak melakukan kesalahan apapun kepadaku..."

Pensil            : "Aku minta maaf karena aku telah membuatmu terluka. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu selalu berada disana untuk menghapusnya. Namun setiap kali kamu membuat kesalahanku lenyap, kamu kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan menjadi semakin kecil dan kecil setiap saat..."

Penghapus     : "Hal itu memang benar...Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu. Diriku tercipta untuk selalu membantumu setiap saat kau melakukan kesalahan. Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan mengganti diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia dengan peranku. Jadi tolonglah, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih..."


Si Penghapus adalah Orang Tua kita...
Si Pensil adalah diri kita sendiri....
Orang tua akan selalu ada untuk anak-anaknya...
Untuk memperbaiki kesalahan anak-anaknya...
Namun, terkadang, seiring berjalannya waktu...
Orang tua akan terluka dan akan menjadi semakin kecil...
(Bertambah tua dan akhirnya meninggal).
Walaupun anak-anak mereka pada akhirnya akan menemukan seseorang yang baru (Suami atau Istri mereka),
Namun orang tua akan selalu tetap merasa bahagia atas apa yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya dan akan selalu merasa tidak suka bila melihat buah hati tercinta mereka merasa khawatir ataupun sedih.

"Hingga saat ini...

Saya masih menjadi Si Pensil...
Hal itu sangat menyakitkan diri saya...
Melihat si penghapus atau orang tua saya semakin bertambah "Kecil" dan "Kecil" seiring berjalannya waktu.

Kelak suatu hari...
Yang tertinggal hanyalah "Serutan" si penghapus
Segala kenangan yang pernah saya lalui dan miliki bersama mereka..."

Kisah ini saya dedikasikan secara khusus kepada orang tua saya dan seluruh orang tua kalian...





Belajar Dari Pohon Pisang



Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5) (QS Al-’Alaq 1 – 5)

Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman .( QS Al-An’am :99)



K
ita tahu bersama bahwa pohon pisang  hanyalah pohon seperti tumbuhan yang lain. Pohon ini hanya tumbuh mengikuti hukum alam / ketentuan Tuhan. Sepintas ia hanyalah pohon biasa dan tak ada kelebihan menarik perhatian sebagaimana sekuntum bunga yang mengundang kupu-kupu dan kumbang untuk hinggap menghisap sarinya. Namun apabila kita perhatikan dengan seksama pohon pisang sebenarnya memiliki sesuatu yang patut kita teladani.

P
ertama, pohon pisang  dalam proses bertumbuh, jika ditebang batangnya, maka ia akan tumbuh lagi persis dari pusat batangnya. Tak peduli berapa kali ia di tebang sampai putus sekalipun, ia tetap tumbuh dan tumbuh lagi sampai dewasa dan berbuah. Ini seharusnya memberi ilham kepada kita yang diberi akal yang cerdas, sebagai manusia (makhluk yang paling sempurna) agar bisa meniru tabiat alami  pohon pisang tersebut. Yang namanya kehidupan, pasti penuh cobaan/ujian, sering jatuh bangun, suka duka silih berganti, dan kadang gagal berkali-kali. Mengetahui fenomena ini, sudah seharusnya kita bisa mencontoh tabiat pohon pisang tersebut. Sesering atau separah apapun kita terjatuh (gagal),  maka seperti  pohon pisang, kita harus tumbuh lagi, bangkit dengan semangat lagi. Tak peduli berapa kali kita ditebang oleh kegagalan lalu tumbang, maka sebanyak itu pula kita bangkit dan tumbuh lagi. Tidak berhenti tumbuh hanya karena sebuah kegagalan, tapi jadikan kegagalan itu sebuah proses pembelajaran untuk meraih keberhasilan. Selama masih bernafas, selama itu pula sukses masih bisa kita raih.

K
edua, ternyata pohon pisang itu baru akan mati setelah ia berbuah. Ini sungguh luar biasa…! Hal inilah yang seharusnya di renungkan dalam-dalam. Sebagai manusia yang berakal dan sempurna tentu akan merenung…, Apa yang sudah diberikan untuk keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan negara sebelum meninggalkan dunia? Apa yang sudah diberikan untuk kehidupan ini? Pohon pisang hidup untuk berbuah dan mati setelah meninggalkan manfaat. Jika  bisa hidup seperti itu, tentu tak salah bila dikatakan sebagai pahlawan. Namun kita sering lupa, banyak dari kita yang lupa diri dalam mengejar dunia, terlalu memikirkan diri sendiri, kesenangan dan kemakmuran diri sendiri, sampai-sampai kadang melupakan orang lain yang membutuhkan sesuatu yang bisa kita berikan.

P
ada kenyataannya hidup manusia akan berakhir, itu adalah hal yang pasti. Maka sesuatu yang berharga  yang telah di berikan untuk kehidupan inilah yang bisa memberikan kenangan yang indah penuh makna bagi generasi selanjutnya. Sebagaimana harimau mati meninggalkan belang, rusa mati meninggalkan tanduk, dan gajah mati meninggalkan gading, maka kitalah yang menentukan apa yang akan kita tinggalkan. pilihan ada di tangan kita!

Jumat, 23 Maret 2012

Berkebun di kantor?

Ehem... aneh judulnya... apa ga ada yang lainnya..??
Tapi ini beneran kok. Saya kebetulan kerja di kantor. Liat tanah nganggur ditumbuhi rumput jadi pengen nanam sesuatu. Memang sih orang-orang ngomong "buat apa nyangkuli itu?", saya jawab "ga tau lah... Liat aja nanti". Trus aku perfikir kenapa ga aku tanemin yang ada manfaatnya aja. Jadilah tanah yang saya  cangkul saya tanemin ini nih

Senin, 12 Maret 2012

aji saka

Dongeng 1001 Malam: Malin Kundang

Dongeng 1001 Malam: Malin Kundang: Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang a...

Dongeng 1001 Malam: Saudagar Jerami

Dongeng 1001 Malam: Saudagar Jerami: Dahulu kala, ada seorang pemuda miskin yang bernama Taro. Ia bekerja untuk ladang orang lain dan tinggal dilumbung rumah majikannya. Suatu h...

Dongeng 1001 Malam: Tukang Sepatu dan Liliput

Dongeng 1001 Malam: Tukang Sepatu dan Liliput: Dahulu kala, disebuah kota tinggal seorang Kakek dan Nenek pembuat sepatu. Mereka sangat baik hati. Si kakek yang membuat sepatu sedangkan n...

Dongeng 1001 Malam: Bawang Merah dan Bawang Putih

Dongeng 1001 Malam: Bawang Merah dan Bawang Putih: Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang p...

Dongeng 1001 Malam: Pangeran Katak

Dongeng 1001 Malam: Pangeran Katak: Pada suatu waktu, hidup seorang raja yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik, tetapi anak gadisnya yang paling bungsulah yang pali...

Kamis, 08 Maret 2012

Kisah Bai Fang Li - Tukang Becak Dermawan

Bai Fang Li, tukang becak yang dermawan, yang menjadi Penyumbang Ratusan Juta untuk Yatim Piatu, tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li ini. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan keinginan menyumbang bahkan nyaris tak ada.

Jumat, 01 Juli 2011

Abon Lele V.1

Bahan:
10 kg ikan lele

Bumbu:
3 kg gula merah
1 kg gula pasir
250 gr lengkuas
10 btg sereh
10 lbr daun salam
50 gr ketumbar
250 gr bawang putih
250 gr bawang merah
100 gr jahe
100 gr asam jawa (direbus dengan air 200 cc air, saring ambil airnya)
garam secukupnya
2 kg minyak goreng

Cara membuat:
  1. siapkan lele, pisahkan kulit dan daging, potong kepalanya, bersihkan isi perunya, lepaskan daging dari tulangnya, kukus hingga matang. Angkat dan dinginkan, kemudian daging disuwir-suwir hingga halus.
  2. haluskan ketumbar, bawang putih, bawang merah, jahe, lengkuas.
  3. tumis bumbu halus dengan minyak hingga harum, tambahkan air asam jawa, garam, gula pasir, gula merah.
  4. masukkan daging lele, masak dan aduk hingga meresap bumbunya.
  5. panaskan minyak dalam wajan, goreng campuran tadi sedikit-sedikit hingga kecoklatan, angkat dan tiriskan.
  6. press dengan alat press untuk menghilangka minyaknya. siapkan
hasil jadinya 3 kg
kulit lelenya dapat dijadikan keripik