Selasa, 08 Juni 2010

TEMPAYAN RETAK

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, yang satunya tidak. Tempayan yang tidak retak selalu dapat membawa air penuh dari mata air ke rumah majikannya, sedang tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestainya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikansetengah dari yang seharusnya dapat diberikannya. Tertekan oleh kegagalan ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.” “Kenapa?” Tanya si tukang air,

TEMAN ADALAH HADIAH

Teman adalah hadiah dari yang di atas buat kita. Seperti hadiah, ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya jelek. Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau kepribadian yang menarik. Yang bungkusnya jelek punya wajah biasa saja, atau kepribadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan.
Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya jelek. Yang isinya bagus punya jiwa yang begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama. Kita mencintai dia dan dia mencintai kita. Yang isinya buruk punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya. Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali justru sikap penolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah dan lain-lain.

POHON MASALAH


Seorang pemrogram computer yang saya pesan untuk memperbaiki PC di rumah datang terlambat. Katanya, di tengah jalan ban mobilnya kempes. Ketika sedang memperbaiki computer, bor listriknya macet tak mau berfungsi. Akibat berbagai masalah tadi, ia kehilangan waktu kerjanya hampir dua jam. Rupanya penderitaannya tak hanya berhenti di sini. Persis saat mau pulang, mendadak mesin mobilnya ogah distart dan mogok. Agar tidak kemalaman, saya mengantarkan pulang.

Kisah Pohon Apel


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke puncak pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh bwar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

Rabu, 02 Juni 2010

Saat Tiba Waktunya


Saat tiba waktunya nanti 
aku tak mampu lagi bersuara lantang
hari ini kuingin membisikkan suara hatiku

Saat tiba waktunya nanti
aku tak mampu lagi mengecap rasa
hari ini kuingin kau rasakan manisnya cintaku